What my heart wants to say...

Catatan Puji Aswari: Ada Cinta di Kota Itu... (1)

Masih kuingat saat itu, 10 Mei 2009, dimana true story ini bermula. Aku, kakakku, tiga sahabatku, dan mamaku menunggu di stasiun Senen. Dengan diantar oleh papaku, kami menunggu kereta api yang akan datang jam 3 sore. Rasa cemas, gembira, penasaran, dan sedih bercampur jadi satu. Sedih aku meninggalkan Jakarta yang baru beberapa hari ku datangi, dan kemudian harus bertolak lagi. Penasaran, seperti apa lingkungan yang akan kutinggali selama sebulan nanti. Tak lama kemudian kereta api yang kami tunggu datang juga. Kami masuk gerbong kereta api. Herannya, sudah berkali-kali mengalami momen perpisahan seperti ini, tapi entah kenapa masih saja mengalir air mata ini (hahaha... cengeng!!!). Kusembunyikan wajahku yang sebenarnya sudah mulai memanas dan berair mata. Terus menunduk hingga akhirnya kereta api beranjak meninggalkan stasiun. Aku mulai melambaikan tangan dari dalam kereta api. Dan kereta pun terus berjalan menyusuri rel di ibukota yang semakin gelap.

Dalam kereta, sepertinya tak ada yang istimewa. Aku menghabiskan waktuku dengan tidur, tidur, dan tidur. Sesekali beranjak ke kamar mandi atau tayammum untuk melaksanakan sholat.

Hari semakin gelap. Sebenarnya hari itu aku mengalami diare yang menyebabkan kondisiku melemah. Namun entah mengapa ketika sampai di stasiun dan minum obat, aku mulai jarang ke kamar mandi. Tidak seperti sebelumnya. Ketika langit mulai menghitam, angin dingin mulai merayap. Dingin memang. Akhirnya aku meminta selimut. Dan... tidur lagi!

Esoknya, ketika subuh sudah lewat, kota tujuanku sepertinya semakin dekat. Seusai sholat subuh, aku tidak tidur. Aku mulai terjaga untuk memastikan di stasiun mana aku berada. Jombang pun semakin dekat. Aku menyiapkan barang-barang bawaanku dan merapikan pakaianku. Sesampainya di stasiun Jombang, kami pun turun dari kereta, lalu menyewa sebuah mobil untuk mengantarkan kami sampai ke tujuan berikutnya. Suasana pagi itu begitu sejuk. Berbeda dengan Jakarta yang mulai bising suara kendaraan dan asap yang tak mau kalah dengan sejuknya embun pagi. Aku mulai merasa nyaman, dan ketakutanku menghadapi lingkungan baru mulai sedikit berkurang. Namun tetap saja menyisakan rasa cemas yang tak tergambarkan.

Mamaku memberikan secarik kertas berisi alamat yang akan dituju kepada supir yang bernama Bambang itu. Untung pak supir sudah hafal tempat yang akan kita tuju. Akhirnya mobil pun langsung menuju sebuah desa kecil yang berudara sejuk yang berada di kota Kediri. Desa Pare namanya. Rasa cemas makin menghantuiku. Penasaran. Aku akan bertemu orang-orang baru di lingkungan yang baru dan tempat belajar yang baru, hanya untuk sebulan di tahun yang tergolong baru.

Akhirnya sampailah kami di tempat yang kami tuju, Able and Final. Suasana di daerah itu benar-benar baru, sampai-sampai sempat terfikir olehku bagaimana nanti jika tak tahu jalan pulang ke camp??? Lalu kami menuju kamar yang dituju. Rupanya aku, kakakku dan kedua kawanku berada di kamar yang berbeda. Sedangkan kawanku yang berbeda gender, tentu saja di camp yang berbeda dengan kami.

Setelah selesai urusan registrasi di Able and Final, aku langsung mendaftar di Mahesa. Mahesa letaknya tidak begitu jauh dari Able and Final. Untuk yang biasa berjalan kaki seperti saya, mungkin jarak 100 meter tidak masalah. Begitu sampai di luar Mahesa, banyak wajah-wajah baru yang sama sekali belum pernah kukenal sebelumnya. Ramai. Mama pun mulai sibuk mengurus masalah registrasi dan segala macam modul yang akan kami dapat yang berkaitan dengan pembelajaran kami. Setelah registrasi beres dan modul sudah kami dapat, kami langsung menuju kelas yang baru!

Hari pertama, Listening Class di lab. Bertemu dengan lebih dari selusin orang-orang baru, suasana yang baru, pengajar yang baru, dan modul pembelajaran yang baru pula. Rasanya hari itu aku benar-benar memulai hari yang baru. Bismillah, kukuatkan hati untuk menghadapi hari yang terasa benar-benar baru untukku ini. Kuikuti semua kegiatan hari itu hingga tanpa terasa, langit mulai gelap dan azan magrib berkumandang.

Selepas magrib, program di camp pun bermula. Diawali dengan perkenalan anggota yang baru sampai peraturan-peraturan dalam camp yang wajib dipatuhi. Menyenangkan juga rasanya banyak orang-orang baru. Setidaknya bisa mengalihkan masalah-masalah yang lama.

Dan lagi-lagi karena jadwal kami yang padat, tanpa terasa malam semakin larut. Aku mulai merebahkan diri di kasur, bersiap untuk memulai kegiatan yang baru di hari esok...