What my heart wants to say...

Takutku akan cinta dunia...
Ketika kulirik wajahmu...
Aku berlindung dari godaan iblis...
Ketika kutatap paras rupawanmu...
Kesempurnaan dirimu menggambarkan rupawannya Penciptamu...
Namun kerupawanan itu kutakut menimbulkan fitnah padaku...

Tatapanmu bagai sejuknya mata air pegunungan menyentuh jiwaku...
Itu sebabnya kutundukkan wajahku ketika kau melihatku...

Hitamnya rambumu bagai hitamnya arang yang mengkilat dilumur minyak...
Sungguh gerak-gerikmu membuatku luruh dalam sekejap...

Duhai sang rupawan, maukah kau tundukkan wajahmu ketika bertemu denganku???
Atau lebih baik kau gunakan cadarmu dimanapun itu...
Agar aku dengan leluasa mengangkat wajahku ketika bertemu denganmu...
Meskipun engkau pria yang baru sesaat kukenal...
Aku malu melihat wajahmu...
Sungguh aku takut melihat wajahmu...
Karena aku takut jatuh cinta padamu!!!
[ Read More ]

Aku telah relakan dirimu tak bersamaku...
Meskipun kutahu ini bukan inginku dan juga bukan inginmu...
Kuharap kau tak menyesal atas tindakanmu...
Rupanya kau lebih membela dirinya daripada diriku...

Kusangsikan cintamu padaku...
Disaat aku menangis, kau hanya diam terpaku...
Tolong pilih aku!!!
Tapi kau sama sekali tak bergeming dari tempatmu...

Ketika orang terdekatmu menyeretmu dalam suatu paksaan...
Kau sama sekali tak memberontak...
Ikuti kata hatimu!!!
Apakah kau tak hadirkan aku dalam nafasmu???

Aku menangis, kau pun begitu...
Tangisku karena perpisahanku denganmu...
Namun tangismu karena ke-diam-anmu...

Sudahlah...
Hentikan tangismu...
Terlambat sudah semuanya...
Aku benci melihatmu menangis!!!

Aku sama sekali tak salahkanmu...
Saat ini aku berterimakasih padamu...
Terimakasih kau beriku kesempatan untuk mencari yang lebih baik darimu...
Namun maukah kau jauhiku untuk sementara waktu???
Mungkin sampai sembuh lukaku karena tindakanmu...
[ Read More ]

Siang ini, ditengah kesibukan akan tugas kuliah yang menumpuk dan menuntut untuk segera diselesaikan, saya menyempatkan diri untuk menonton film King. Mungkin terlambat juga menonton film ini karena film ini sudah lama diputar beberapa bulan yang lalu di bioskop. Namun karena saya merasa penat dengan tugas kuliah, maka saya putuskan untuk menonton film tersebut untuk sekedar menyegarkan otak.

Diawal film, saya merasa tak ada adegan yang sangat menyentuh. Semua berjalan biasa saja. Hanya bercerita tentang seorang bapak yang menginginkan anaknya menjadi pemain bulutangkis terkenal seperti Liem Swie King yang diidolakannya. Cerita di film tersebut bergulir begitu saja. Hingga suatu adegan dimana sang anak yang bernama Guntur marah pada ayahnya ketika sang ayah tidak membelikannya raket yang baru untuk bertanding di suatu liga.

[ Read More ]

Tiba-tiba saya teringat kembali masa 5 tahun lalu. Masa ketika saya pertama kali menerima pengumuman penjurusan. Ketika itu semua santri mengharapkan kelas jurusan IPA. Banyak yang bertanya ke ustadz-ustadzah tentang nilai yang mereka dapatkan. Namun tidak begitu yang terjadi dengan sang penulis blog ini. Saya masih tetap menunggu dengan harap-harap cemas. Tidak berarti mengharapkan jurusan IPA. Saya berdo'a kepada Allah untuk diberikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan saya. Menjelang magrib, saya menerima hasilnya. Dan hasilnya, saya masuk jurusan IPS!!!

[ Read More ]

Wahai pemuda yang wajahnya belum tergambar dalam hatiku...
Aku belum pernah bertemu denganmu sama sekali...
Begitu juga dirimu...
Dalam hatiku aku berharap bahwa akulah yang nanti menjadi pendamping setiamu...
Dalam hatiku aku berharap bahwa akulah yang nanti menjadi orang pertama yang menawarkan pundaknya untuk kau sandari ketika hatimu gundah...
Dalam hatiku aku berharap bahwa akulah yang nanti akan menjadi seseorang yang sangat kau rindukan ketika kau kembali ke peraduan...

Wahai pemuda yang wajahnya belum tergambar dalam hatiku...
Mungkin bukan perjodohan yang awalnya aku inginkan...
Mungkin hanya pertemanan yang awalnya aku harapkan...
Meskipun kau anggap aku biasa saja, namun jika nanti telah datang saatnya kau mengenal dan mengetahuiku, aku ingin kau ingat bahwa akulah orang yang pernah mengenalmu...

Rasanya aneh jika nanti bertemu denganmu...
Pertemuan ini awalnya adalah paksaan...
Namun jika ada banyak hal yang menarik dari dirimu, aku harap kau tak keberatan jika kuutarakan kekagumanku padamu...
Kuharap kau tak keberatan jika kukatakan kau orang yang aku inginkan...
Kuharap kau tak keberatan jika kuingin kau utarakan cintamu padaku...

Mungkin lancang bagiku untuk memintamu untuk utarakan cintamu padaku...
Namun itu hanya ingin dan harapku...
Tak berarti harus kau penuhi itu...
[ Read More ]

Masih kuingat saat itu, 10 Mei 2009, dimana true story ini bermula. Aku, kakakku, tiga sahabatku, dan mamaku menunggu di stasiun Senen. Dengan diantar oleh papaku, kami menunggu kereta api yang akan datang jam 3 sore. Rasa cemas, gembira, penasaran, dan sedih bercampur jadi satu. Sedih aku meninggalkan Jakarta yang baru beberapa hari ku datangi, dan kemudian harus bertolak lagi. Penasaran, seperti apa lingkungan yang akan kutinggali selama sebulan nanti. Tak lama kemudian kereta api yang kami tunggu datang juga. Kami masuk gerbong kereta api. Herannya, sudah berkali-kali mengalami momen perpisahan seperti ini, tapi entah kenapa masih saja mengalir air mata ini (hahaha... cengeng!!!). Kusembunyikan wajahku yang sebenarnya sudah mulai memanas dan berair mata. Terus menunduk hingga akhirnya kereta api beranjak meninggalkan stasiun. Aku mulai melambaikan tangan dari dalam kereta api. Dan kereta pun terus berjalan menyusuri rel di ibukota yang semakin gelap.

Dalam kereta, sepertinya tak ada yang istimewa. Aku menghabiskan waktuku dengan tidur, tidur, dan tidur. Sesekali beranjak ke kamar mandi atau tayammum untuk melaksanakan sholat.

Hari semakin gelap. Sebenarnya hari itu aku mengalami diare yang menyebabkan kondisiku melemah. Namun entah mengapa ketika sampai di stasiun dan minum obat, aku mulai jarang ke kamar mandi. Tidak seperti sebelumnya. Ketika langit mulai menghitam, angin dingin mulai merayap. Dingin memang. Akhirnya aku meminta selimut. Dan... tidur lagi!

Esoknya, ketika subuh sudah lewat, kota tujuanku sepertinya semakin dekat. Seusai sholat subuh, aku tidak tidur. Aku mulai terjaga untuk memastikan di stasiun mana aku berada. Jombang pun semakin dekat. Aku menyiapkan barang-barang bawaanku dan merapikan pakaianku. Sesampainya di stasiun Jombang, kami pun turun dari kereta, lalu menyewa sebuah mobil untuk mengantarkan kami sampai ke tujuan berikutnya. Suasana pagi itu begitu sejuk. Berbeda dengan Jakarta yang mulai bising suara kendaraan dan asap yang tak mau kalah dengan sejuknya embun pagi. Aku mulai merasa nyaman, dan ketakutanku menghadapi lingkungan baru mulai sedikit berkurang. Namun tetap saja menyisakan rasa cemas yang tak tergambarkan.

Mamaku memberikan secarik kertas berisi alamat yang akan dituju kepada supir yang bernama Bambang itu. Untung pak supir sudah hafal tempat yang akan kita tuju. Akhirnya mobil pun langsung menuju sebuah desa kecil yang berudara sejuk yang berada di kota Kediri. Desa Pare namanya. Rasa cemas makin menghantuiku. Penasaran. Aku akan bertemu orang-orang baru di lingkungan yang baru dan tempat belajar yang baru, hanya untuk sebulan di tahun yang tergolong baru.

Akhirnya sampailah kami di tempat yang kami tuju, Able and Final. Suasana di daerah itu benar-benar baru, sampai-sampai sempat terfikir olehku bagaimana nanti jika tak tahu jalan pulang ke camp??? Lalu kami menuju kamar yang dituju. Rupanya aku, kakakku dan kedua kawanku berada di kamar yang berbeda. Sedangkan kawanku yang berbeda gender, tentu saja di camp yang berbeda dengan kami.

Setelah selesai urusan registrasi di Able and Final, aku langsung mendaftar di Mahesa. Mahesa letaknya tidak begitu jauh dari Able and Final. Untuk yang biasa berjalan kaki seperti saya, mungkin jarak 100 meter tidak masalah. Begitu sampai di luar Mahesa, banyak wajah-wajah baru yang sama sekali belum pernah kukenal sebelumnya. Ramai. Mama pun mulai sibuk mengurus masalah registrasi dan segala macam modul yang akan kami dapat yang berkaitan dengan pembelajaran kami. Setelah registrasi beres dan modul sudah kami dapat, kami langsung menuju kelas yang baru!

Hari pertama, Listening Class di lab. Bertemu dengan lebih dari selusin orang-orang baru, suasana yang baru, pengajar yang baru, dan modul pembelajaran yang baru pula. Rasanya hari itu aku benar-benar memulai hari yang baru. Bismillah, kukuatkan hati untuk menghadapi hari yang terasa benar-benar baru untukku ini. Kuikuti semua kegiatan hari itu hingga tanpa terasa, langit mulai gelap dan azan magrib berkumandang.

Selepas magrib, program di camp pun bermula. Diawali dengan perkenalan anggota yang baru sampai peraturan-peraturan dalam camp yang wajib dipatuhi. Menyenangkan juga rasanya banyak orang-orang baru. Setidaknya bisa mengalihkan masalah-masalah yang lama.

Dan lagi-lagi karena jadwal kami yang padat, tanpa terasa malam semakin larut. Aku mulai merebahkan diri di kasur, bersiap untuk memulai kegiatan yang baru di hari esok...
[ Read More ]

Catatan ini hanya beberapa baris kalimat yang menggambarkan kekecewaanku kepadamu...
Kamu tak perlu tahu bagaimana raut wajahku ketika menuangkan kalimat ini...
Kamu tak perlu tahu bagaimana aku berusaha mengumpulkan keping demi keping hatiku yang telah hancur...
Kamu tak perlu tahu bagaimana aku mencoba untuk memulihkan hati ini menjadi kondisi netral...
Kamu tak perlu tahu bagaimana aku mencoba untuk menahan derasnya air mata yang mengalir ketika mengingat semua tentangmu...
Kamu tak perlu tahu bagaimana aku mencoba untuk tegar dari bayangan-bayangan indahmu yang mengisi fikiranku...
Kamu tak perlu tahu bagaimana aku mencoba untuk memaafkan semua kecerobohan dan kesalahanmu...
Kamu tak perlu tahu bagaimana kondisiku saat ini...

Aku tidak yakin kamu disana sedang memikirkanku sekarang...
Aku tidak yakin kamu merasakan apa yang aku rasa saat ini...
Dan aku tidak yakin kamu memiliki guliran-guliran air mata di kedua pipimu...
Sama sepertiku saat ini...

Mungkin mudah bagimu untuk lupakan kesalahanmu padaku...
Namun sukar bagiku 'tuk maafkan kesalahan yang kau anggap sudah berlalu...

Setiap hari, tanpamu, kupandangi layar telepon selulerku...
Berharap itu darimu, namun aku urungkan harap lagi...
Jujur, sulit maafkanmu...
Sulit maafkan semua hal yang membuatmu, baik sengaja atau tidak sengaja, melukai perasaanku...
Sekarang maukah kamu tinggalkanku sementara???
Untuk waktu yang entah sampai kapan, tidak dapat aku pastikan...
Tidak aku larang kau untuk kembali...
Namun tempatmu setelah kembali bukan di tempat yang dulu lagi...
[ Read More ]